Organisasi bantuan. Sering dianggap sebagai 'malaikat penyelamat'. Mereka datang ke daerah bencana dengan membawa bantuan. Tapi, wartawan Belanda Linda Polman punya cerita lain. Dalam bukunya 'De Crisiskaravan' (Karavan Krisis), ia bercerita tentang sisi lain industri bantuan darurat.
Karavan Krisis
Menyusul sebuah bencana alam atau kemanusiaan besar-besaran, seperti perang saudara atau gempa, ribuan organisasi bantuan akan datang ke wilayah bencana. Mereka datang dengan jip-jip mahal dengan berbagai peralatan canggih lainnya. Apa akibatnya untuk penduduk di wilayah bencana? Linda Polman punya cerita. Ketika itu ia di Goma,Congo Timur. Di sana jutaan orang Rwanda mengungsi menyusul tragedi genosida di negara itu. Ia melihat bagaimana berbagai organisasi bantuan datang. "Mereka masuk dengan truk-truk besar. Tenda-tenda didirikan. Pesawat herkules hilir mudik membawa bantuan. Berbagai klinik dan tenda-tenda tempat penampungan dibangun"
Polman juga melihat militer bersenjata. Tank-tank juga berseliweran antara tenda-tenda. Dunia Barat menduga bantuan akan sampai pada para korban genosida. Tapi pada kenyataan bantuan itu justru dipakai untuk kepentingan para pelaku. Tentu saja pegawai organisasi tahu semua itu. Linda Polman menjelaskan,"Kalau berita ini sampai bocor keluar, bahwa militer menguasai kamp pengungsi, para pemberi donor pasti akan segera menghentikan bantuan mereka. Nah, bagi organisasi bantuan itu artinya mereka kehilangan pekerjaan".
Demam Kontrak
Pemberian bantuan untuk bencana di Goma sudah diselidiki. Berbagai organisasi bantuan mengakui saat itu mereka dilanda 'demam kontrak'. Menurut Polman, kontrak kerja dibuat untuk wilayah tertentu. Organisasi bantuan menawarkan diri untuk mengerjakan berbagai aktivitas yang diinginkan oleh para pendonor uang. Misalnya, mendirikan tenda dan memasang pipa air minum. Mereka berpindah dari satu tempat bencana ke tempat lain, tergantung di mana ada bencana dan apakah ada uang yang akan disalurkan. Polman masih ingat ketika gelombang bantuan datang ke Sierra Leone setelah meletusnya perang saudara berdarah.
Ketika itu kota masih porak-poranda. Penduduk setempat tinggal di bawah karton. Organisasi bantuan datang. Yang pertama dilakukan adalah membangun lapangan tenis, membuka berbagai kafe dan berbagai fasilitas mewah lainnya. "Saya miris setiap kali melihat semua itu terjadi. Berbagai LSM itu masuk dengan membawa kekayaan mereka. Itu saja yang dilakukan organisasi bantuan dari Barat. Mereka membuat hidup mereka di wilayah bencana senyaman mungkin", kata Polman.
Kritik
Polman mengkritik keras industri bantuan darurat. Menurutnya, Kita selalu ingin solusi yang paling mudah. Kenyataan di lapangan jauh lebih rumit. Ini yang harus diteliti oleh organisasi bantuan. "Kadang mereka harus mengambil pilihan pahit untuk tinggal di rumah saja. Misalnya kalau ternyata orang-orang jahatlah yang justru diuntungkan dengan bantuan", ujar Polman.
Para wartawan juga mendapat kritik dari Polman. Menurutnya mereka terlalu sering berada di pihak organisasi bantuan. Para wartawan terlalu sering melihat drama kemanusiaan dari kacamata organisasi bantuan. Polman berharap tidak hanya wartawan yang bersikap kritis terhadap organisasi bantuan. Para pemberi donor juga harus kritis. "Jangan berpikir semuanya baik-baik saja karena ini berkaitan dengan organisasi bantuan".
Dikutip dari http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/tema/detakbumi/Detakbumi5102008-redirected
Kamis, 26 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar